Contoh Banner
Mantap Jiwa !!!...Satu Peluru Satu Musuh Jatuh, Ternyata Sniper Terbaik Dunia Itu Merupakan Prajurit TNI

Mantap Jiwa !!!...Satu Peluru Satu Musuh Jatuh, Ternyata Sniper Terbaik Dunia Itu Merupakan Prajurit TNI

Mantap Jiwa !!!...Satu Peluru Satu Musuh Jatuh, Ternyata Sniper Terbaik Dunia Itu Merupakan Prajurit TNI


Tatang adalah salah satu penembak jitu atau sniper terbaik di dunia. Dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons (2000) yang ditulis Peter Brookesmith, Tatang masuk 14 besar dalam urutan Sniper’s Roll of Honour di dunia.

Tatang mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53, dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41. Tatang memperoleh rekor tersebut dalam perang di Timor Timur pada 1977-1978.
Di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat, Tatang menjadi sniper yang masuk ke jantung pertahanan musuh di daerah pertahanan lawan di Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro.

“Dulu Pak Edi Sudrajat bilang ini misi rahasia, tidak boleh diungkapkan sebelum diperintahkan. Saya menyimpan ini rapat-rapat, termasuk pada istri. Namun kini, orang luar (asing) yang mengungkapkannya terlebih dahulu,” ungkapnya sambil tersenyum.
Tatang masih tampak gagah dan bugar meski divonis mengidap gejala penyakit jantung. Sorot mata ataupun ingatannya masih sangat tajam. Itu terlihat saat Tatang menceritakan perjalanan hidupnya terutama saat masa perang di Timor Timur.

Sebuah koper tergeletak di dekat pintu ruang tamu. Tak jauh dari sana, terlihat sejumlah foto Tatang berseragam lengkap dan sejumlah plakat penghargaan. Di depannya, terlihat hiasan berupa bagian senjata yang ditambahkan pemanis baret hijau TNI AD.
Siapa pun yang datang bisa langsung mengenal siapa sang pemilik rumah dari ruang tamu sederhana ini. Sebagai seorangsniper, kehidupan Tatang sangat dekat dengan senjata. Padahal, dulu, ia tidak sengaja nyemplung di dunia militer.

“Ayah saya memang seorang tentara. Tapi, saya (awalnya) tidak berniat untuk menjadi tentara,” ucap Tatang di kediamannya di lingkungan kompleks TNI AU, Cibaduyut, Bandung, Senin 2/3/2015 lalu.
Namun, nasib berkata lain. Saat itu, tepatnya pada tahun 1967, Tatang disuruh ibunya mengantar sang adik untuk mendaftar menjadi anggota TNI. Saat melakukan tes, dia bertemu dengan sejumlah perwira Dandim di Banten yang mengenalnya. Tatang pun ditanya kenapa tidak ikut daftar.

“Saya kenal dengan perwira Dandim karena sebelumnya juara sepak bola. Karena juara sepak bola itu juga dan beberapa prestasi lainnya, saya diminta para perwira Dandim untuk daftar jadi anggota TNI,” ujar Tatang.
Setelah pulang ke rumah, Tatang remaja sempat bingung. Hingga keesokan harinya, dia menyiapkan semua persyaratan dan mendaftarkan diri lewat jalur tamtama.
Sesuai dugaan, Tatang lulus, sedangkan adiknya harus mencoba tahun depan untuk bergabung ke TNI AD.

Selama di dunia militer, Tatang mendapat sorotan dari atasannya. Pengalamannya hidup di kampung membuat pelajaran militer menjadi hal yang tak sulit baginya, baik dalam hal fisik, berenang, maupun menembak.
Hingga tahun 1974-1975, Tatang bersama tujuh rekannya terpilih
masuk program mobile training teams (MTT) yang dipimpin pelatih dari Green Berets Amerika Serikat, Kapten Conway.
“Tahun itu, Indonesia belum memiliki antiteror dan sniper. Muncullah ide dari perwira TNI untuk melatih jagoan tembak dari empat kesatuan, yakni Kopassus (AD), Marinir (AL), Paskhas (AU), dan Brimob (Polri). Namun, sebagai langkah awal, akhirnya hanya diikuti TNI AD,” imbuhnya.

Dalam praktiknya, Kopassus pun kesulitan memenuhi kuota yang ada. Setelah seleksi fisik dan kemampuan, dari kebutuhan 60 orang, Kopassus hanya mampu memenuhi 50 kursi.
Untuk memenuhi kekosongan 10 kursi, Tatang dan tujuh temannya dilibatkan menjadi peserta. Tatang dan 59 anggota TNI AD dilatih Kapten Conway sekitar dua tahun. Mereka dilatih menembak jitu pada jarak 300, 600, dan 900 meter. Tak hanya itu, mereka juga dilatih bertempur melawan penyusup, sniper, kamuflase, melacak jejak, dan menghilangkannya. Dari dua tahun masa pelatihan, hanya 17 dari 60 orang yang lulus dan mendapat senjata Winchester model 70.

SepeTatang adalah salah satu penembak jitu atau sniper terbaik di dunia. Dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons (2000) yang ditulis Peter Brookesmith, Tatang masuk 14 besar dalam urutan Sniper’s Roll of Honour di dunia.
Tatang mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53, dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41. Tatang memperoleh rekor tersebut dalam perang di Timor Timur pada 1977-1978.

Di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat, Tatang menjadi sniper yang masuk ke jantung pertahanan musuh di daerah pertahanan lawan di Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro.

“Dulu Pak Edi Sudrajat bilang ini misi rahasia, tidak boleh diungkapkan sebelum diperintahkan. Saya menyimpan ini rapat-rapat, termasuk pada istri. Namun kini, orang luar (asing) yang mengungkapkannya terlebih dahulu,” ungkapnya sambil tersenyum.
Tatang masih tampak gagah dan bugar meski divonis mengidap gejala penyakit jantung. Sorot mata ataupun ingatannya masih sangat tajam. Itu terlihat saat Tatang menceritakan perjalanan hidupnya terutama saat masa perang di Timor Timur.


Sumber : parapejuang-nkri.blogspot.com
Advertisement

Baca juga:

Mantap Jiwa !!!...Satu Peluru Satu Musuh Jatuh, Ternyata Sniper Terbaik Dunia Itu Merupakan Prajurit TNI