Contoh Banner
Sakit? Inilah Bahaya Menyuntikkan Obat

Sakit? Inilah Bahaya Menyuntikkan Obat


Hasil gambar untuk injectionKebanyakan dari kita sebagai orang awam ketika datang ke tempat pelayanan kesehatan, rasanya kurang lengkap apabila sakit namun tidak mendapat suntikan. Suntikan yang ditancapkan oleh petugas kesehatan seolah benar-benar menjadi penyembuhan meski sebenarnya hal tersebut adalah tindakan yang tidak perlu, dan bahkan tindakan tersebut hanya akan membahayakan jiwa kita.


Injeksi
Perlu Anda ketahui, tak selalu obat yang disuntikan tersebut bermanfaat bagi kita. Berikut adalah obat-obatan yang pada umumnya sebaiknya jangan disuntikkan :
1. Vitamin
Pada zaman sekarang, banyak sekali orang-orang beralih kepada hal ini. Padahal, vitamin jauh lebih baik diminum ketimbang disuntikan. Selain itu, suntikan vitamin lebih mahal dan lebih bahaya dari pada yang dikonsumsi secara oral (mulut). Sebaiknya, gunakanlah sirup atau pil vitamin dari pada disuntikan. Dan yang lebih baik lagi adalah, makanlah makanan yang kaya akan vitamin.

2. Sari/ekstra  hati dan vitamin B12
Sebaiknya jangan suntikan bahan ini ke dalam tubuh Anda! Hampir seluruh kasus kekurangan darah (anemia) dapat dibantu dengan pil ferro—yang tentunya dikonsumsi dengan oral (mulut). Jadi, apabila ada jalan yang lebih mudah, kenapa Anda harus mempersulitkan diri dengan menempuh jalan yang lebih susah? Untuk mendapatkan suntikan, Anda membutuhkan tenaga yang ahli, dan apabila terjadi kesalahan pada tindakan tersebut, maka dapat menimbulkan hal yang membahayakan—contohnya abses. Sementara secara oral (meminum), Anda dapat membelinya sendiri, dan kemudian Anda dapat mengkonsumsinya satu pil dalam sehari.

3. Kalsium
Penyuntikan kalsium ke dalam pembuluh darah (intravena) adalah tindakan yang sangat berbahaya, bila tidak dilakukan secara perlahan-perlahan sekali. Dan suntikan pada bokong dapat menyebabkan abses (pembengkakan bernanah/bisul) yang besar. Orang yang tidak terlatih jangan pernah sekali-kali mencoba menyuntikkan zat ini.

4. Penicillin
Hampir semua kasus infeksi yang memerlukan penicillin dapat disembuhkan dengan penicillin yang dikonsumsi secara oral (mulut). Obat ini lebih berbahaya apabila disuntikkan. Gunakan suntikan penicillin hanya untuk infeksi yang berbahaya saja—infeksi berat.

5. Penicillin dengan streptomycin
Sebagai patokan umum, hindari gabungan dari antibiotika ini. Jangan sekali-kali menyuntikan gabungan ini untuk mengobati salesma atau flu/influenza. Selain ini adalah tindakan yang tidak perlu—sebab influenza bukan disebabkan oleh bakteri melainkan oleh virus—tindakan ini dapat membahayakan pula.

6. Chloramphenicol atau tetracylin
Obat-obatan ini sama mujarabnya atau bahkan lebih mujarab apabila digunakan secara oral. Sebaiknya gunakanlah bentuk kapsul atau sirup dari pada suntikan.

7. Larutan infus
Larutan ini hanya boleh digunakan untuk orang-orang yang kehilangan banyak cairan (dehidrasi berat),  dan pemberiannya diberikan oleh mereka yang telah terlatih—tenaga kesehatan. Apabila pemasangan infus ini tidak dilaksanakan dengan benar, larutan tersebut dapat menyebabkan infeksi yang berbahaya atau yang paling fatalnya adalah kematian.

8. Obat-obatan infus
Penyuntikan obat ke dalam pembuluh darah balik (vena) adalah tindakan yang berbahaya, sehingga hanya petugas kesehatan yang terlatihlah yang boleh melakukannya. Tetapi, jangan sekali-sekali menyuntikkan cairan infus ke dalam otot (contohnya: otot bokong), dan sebaliknya jangan pula menyuntikan ke dalam pembuluh darah balik obat-obatan yang memang dinyatakan untuk pemakaian intramuscular (ke dalam otot), karena tindakan tersebut sangat berbahaya.

Selain informasi di atas, Anda juga harus mengetahui reaksi tubuh Anda setelah mendapatkan suntikkan. Apabila timbul salah satu diantara tanda-tanda reaksi keracunan obat yang di bawah ini, jangan pernah sekali pun menggunakan obat tersebut kembali.
  1.  Bilur-bilur atau ruam dengan rasa gatal-gatal
  2.  Pembengkakan disegala tempat
  3. Sukar berbapas
  4. Tanda-tanda shock
  5. Gangguan penglihatan
  6. Telinga berdenging atau tuli
  7. Sakit tulang belakang yang hebat
  8. Sukar buang air kecil
Dan untuk Anda apabila menjabani peran sebagai petugas kesehatan, berikut adalah hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah reaksi yang parah akibat pemberian obat melalui suntikan:
  1. Gunakanlah obat suntik hanya kalau benar-benar diperlukan
  2. Sebelum menyuntikan obat (sebagai contoh: penicillin, ampicillin, antitoxin, dan lain-lain), sediakanlah selalu 2 ampul Adrenalin dan 1 ampul antihistamin seperti promethazin (Phenergan) atau diphenhydramin (Benadryl).
  3. Sebelum menyuntik, tanyakanlah selalu apakah serupa pernah menyebabkan gatal-gatal atau tanda-tanda yang telah kita sebutkan di atas. Jika si penderita mengatakan ‘iya’, maka jangan gunakan obat serupa kembali, lalu pilihlah obat lain dari kelompok yang sejenis—baik melalui suntikan maupun melalui mulut.
  4. Pada kasus-kasus yang sangat gawat, seperti tetanus atau gigitan ular, terutama jika ada kemungkinan besar bahwa antitoxin dapat menimbulkan reaksi alergi (jika penderita pernah mengalami serangan alergi atau asma, atau sebelumnya pernah mendaptkan suntikan serum kuda), maka suntikkan terlebih dahulu promethazin atau diphenhydramin 15 menit sebelum memberikan antitoxin: orang dewasa 3 ml; anak-anak 1 atau 2 ml, tergantung umur anak.
  5. Setelah menyuntikkan obat apa pun, amati selalu penderita selama 30 menit untuk mengetahui timbulnya salah satu di antara tanda-tanda SHOCK ALERGI (selain karena obat-obatan yang digunakan, shock alergi dapat timbul akibat dari sengatan tawon atau lebah), tanda-tanda tersebut yaitu:
                     a. Kulit kelabu, pucat, lembab dan dingin (keringat dingin)
                     b. Denyut jantung atau nadi yang lemah dan cepat
                     c.  Sukar bernapas
                     d.  Hilangnya kesadaran
     6.  Apabila timbul tanda-tanda tersebut, suntikkan segera Adrenalin: dewasa ½ ml; anak-anak ¼               ml. Selanjutnya berikan antihistamin dua kali lipat dari takaran biasa.

Sumber : Werner, David, Whrere There Is No Doctor: Yayasan Essentia Medica

Advertisement

Baca juga:

Sakit? Inilah Bahaya Menyuntikkan Obat